Tintanarasi.com, Daerah – Insiden keracunan makanan yang menimpa ratusan pelajar di Kota Bogor kembali membuka sorotan tajam terhadap pengelolaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Peristiwa yang terjadi pada Selasa (13/05/2025) ini telah menyebabkan total 223 siswa dari jenjang TK hingga SMA mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan yang disediakan dalam program tersebut.
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi siswa tersebut terkontaminasi bakteri Escherichia coli dan Salmonella.
Kontaminasi ditemukan pada telur ceplok dengan saus barbeque serta tumis tahu dan tauge. Bahkan, air minum dan sisa muntahan siswa turut diuji untuk memastikan sumber kontaminasi lainnya.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menegaskan bahwa pihaknya telah menetapkan kejadian ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menyerukan perlunya perbaikan menyeluruh terhadap sistem distribusi makanan bergizi gratis.
Ia menambahkan bahwa pengawasan dan standarisasi prosedur harus diperketat demi keamanan siswa.
Menanggapi kejadian tersebut, Kepala BGN Dadan Hindayana menyatakan bahwa dapur MBG milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terlibat telah dinonaktifkan sementara.
Ia memastikan evaluasi menyeluruh sedang berjalan agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami prihatin dan menjadikan ini sebagai peringatan keras. Program MBG kami canangkan dengan target nol insiden, namun fakta di lapangan menunjukkan masih lemahnya pengawasan,” kata Dadan, Rabu (14/05/2025).
Irma Suryani Chaniago, anggota Komisi IX DPR dari Fraksi NasDem, menyebut insiden ini sebagai yang terparah selama program MBG berjalan.
Ia meminta agar kontrak kerja dengan yayasan penyedia makanan segera diputus, termasuk evaluasi terhadap tenaga ahli gizi, juru masak, dan pengawas mutu yang dianggap lalai menjalankan tugas.
Sementara itu, Deputi Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan penelusuran terhadap pemasok bahan makanan yang terbukti tidak layak. Jika ditemukan pelanggaran berulang, suplai dari vendor tersebut akan dihentikan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun tidak tinggal diam. Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menegaskan lembaganya akan meninjau dan memperbaiki sistem dapur serta kualitas bahan makanan yang digunakan dalam program MBG ke depan.
“Kami akan pelajari kasus ini agar menjadi bahan evaluasi nasional,” ungkap Taruna di Jakarta, Rabu (14/05/2025).
Hingga kini, sebanyak 18 siswa masih menjalani perawatan di berbagai rumah sakit di Bogor, termasuk RS Hermina, RS PMI, dan RSUD Kota Bogor. Sisanya telah diperbolehkan pulang setelah kondisi berangsur pulih.
Pemerintah pusat bersama BGN menanggung seluruh biaya pengobatan korban dan berkomitmen melakukan pelatihan ulang kepada pengelola dapur MBG agar insiden serupa tidak kembali terjadi.
Leave a Comment