Tintanarasi.com, Internasional – Sebuah gerakan solidaritas unik lahir dari wilayah pesisir Laut Mediterania. Warga Mesir, bersama komunitas dari Libya, Aljazair, dan Maroko, memulai inisiatif simbolik yang menyentuh hati, bertajuk “Dari Laut ke Laut – Botol Harapan untuk Gaza”.
Mereka mengisi botol-botol plastik dengan bahan makanan seperti beras, lentil, dan kacang-kacangan, lalu melemparkannya ke laut dengan harapan arus membawa botol-botol itu menuju pantai Gaza yang saat ini tengah mengalami krisis kemanusiaan akibat blokade berkepanjangan.
Gerakan akar rumput ini muncul sebagai bentuk solidaritas warga sipil terhadap kondisi Gaza, yang sejak Oktober 2023 dilaporkan mengalami kelaparan massal.
Pada Selasa (22/7/2025), Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 101 korban jiwa akibat kelaparan, termasuk 80 anak-anak.
Warga yang terlibat dalam aksi ini menyebutnya sebagai “jeritan kemanusiaan” yang lahir dari keputusasaan dan harapan.
Foto dan video warga di Mesir yang melempar botol berisi makanan ke laut telah menyebar luas di media sosial.
Dalam salah satu video, seorang pria tampak melempar botol berisi tepung dan berkata lirih, “Mungkin ini bisa menyelamatkan satu nyawa.”
Ide ini terinspirasi dari konsep klasik “pesan dalam botol”, namun kali ini bukan membawa surat, melainkan butiran makanan yang diharapkan bisa menyambung hidup seseorang di Gaza.
Seorang akademisi Mesir bernama Mohamed Sayed Ali Hassan, yang kini menetap di Jepang, mengusulkan metode pengiriman menggunakan jeriken 25 liter.
Jeriken itu diisi enam hingga delapan kilogram makanan dengan ruang udara agar bisa mengapung.
Ia bahkan menjelaskan secara teknis agar botol dilempar dari pantai sejauh 4 km dengan sudut 60 derajat arah timur laut.
Arus laut diperkirakan bisa membawa bantuan sampai ke Gaza dalam waktu tiga hingga empat hari.
Sambutan terhadap aksi ini sangat besar. Ribuan warganet dari berbagai negara menyatakan dukungan moral.
Banyak yang menyebut inisiatif ini sebagai simbol keberpihakan rakyat biasa kepada warga Gaza yang kini hidup dalam ketakutan dan kelaparan.
Namun, ada pula seruan agar aksi ini tidak hanya berhenti pada simbolisme.
Beberapa aktivis mendorong dukungan nyata terhadap lembaga kemanusiaan serta tekanan internasional untuk membuka akses bantuan secara legal dan berkelanjutan.
Sementara itu, lebih dari 950 truk bantuan dilaporkan masih tertahan di perbatasan Mesir-Gaza.
Laporan dari PBB menunjukkan bahwa sejak pengelolaan bantuan diambil alih oleh yayasan yang didukung AS dan Israel pada Mei lalu, lebih dari 1.000 warga Palestina tewas saat mencoba mendapatkan makanan.
Di tengah keputusasaan yang merajalela, gerakan “Botol Harapan” menjadi simbol harapan yang terus mengapung – secara harfiah dan harapan – di antara gelombang penderitaan di Gaza.
Leave a Comment