Tintanarasi.com, Gaza – Pasukan Israel telah melancarkan serangan yang merenggut nyawa sedikitnya 60 warga Palestina dalam serangan udara dan darat di Jalur Gaza, serta terlibat dalam pertempuran jarak dekat dengan militan Hamas di wilayah selatan kota Rafah pada Kamis (23/5/2024).
Tank-tank Israel telah bergerak maju ke tenggara Rafah, menuju distrik Yibna di bagian barat kota, dan beroperasi di tiga pinggiran di sebelah timur.
“Penjajah (pasukan Israel) berusaha mendekati wilayah barat; mereka berada di tepi Yibna yang padat penduduk. Mereka belum melakukan invasi,” ucap seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya.
“Kami mendengar ledakan dan kami melihat asap hitam muncul dari daerah yang diserbu tentara. Itu adalah malam yang sangat sulit,” katanya kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Serangkaian serangan Israel di Gaza bulan ini, baik di wilayah utara maupun selatan, telah menyebabkan ratusan ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka, juga memotong jalur akses utama bantuan, meningkatkan risiko kelaparan bagi penduduk setempat.
Israel membenarkan tindakan serangannya terhadap Gaza sebagai respons terhadap serangan yang dipimpin oleh Hamas terhadap komunitas di selatan Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang menjadi sandera, menurut data yang disampaikan Israel.
Menurut informasi dari otoritas kesehatan Gaza, Sejak saat itu, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 orang, sementara ribuan lainnya diyakini terperangkap di bawah reruntuhan.
Israel menyatakan bahwa tidak ada pilihan lain selain menargetkan Rafah untuk memberantas batalyon terakhir pejuang Hamas yang mereka yakini bersembunyi di kota tersebut.
“Hamas berada di Rafah, mereka menyandera kami di Rafah, itulah alasan pasukan kami bergerak di sana. Kami bertindak sesuai dengan target yang tepat dan bijak,” ujar juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari dalamn pernyataan pada Kamis (23/5/2024)
UNRWA, badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza, mencatat pada Senin (20/5/2024) bahwa lebih dari 800.000 orang telah meninggalkan Rafah sejak Israel mulai menyerang kota tersebut pada awal bulan Mei, meskipun berbagai permohonan internasional untuk menahan diri.
Suze van Meegan, Pemimpin Tanggap Darurat Dewan Pengungsi Norwegia di Gaza, menyoroti bahwa masih banyak warga sipil yang terjebak dalam situasi yang mencekam.
“Rafah saat ini terbagi menjadi tiga zona: wilayah timur merupakan zona konflik, wilayah tengah adalah kota mati, dan wilayah barat merupakan tempat di mana banyak orang hidup dalam kondisi penuh penderitaan,” kata Meegan.
Sumber: okezone.com
Leave a Comment