Kasus Virus “Pemakan Daging” Melonjak di Jepang

Kangster

No comments
Ilustrasi suasana di Jepang. (Sumber: freepik).

Tintanarasi.com, Jepang – Jepang menghadapi peningkatan signifikan dalam kasus Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS). Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Jepang mengungkapkan bahwa hingga 2 Juni 2024, tercatat 977 kasus STSS, melebihi total kasus tahun 2023 yang mencapai 941 kasus.

Menurut laporan CBS News pada Jumat (21/6/2024), jumlah kasus di Jepang hampir dua setengah kali lebih banyak dibandingkan dengan yang dilaporkan di Amerika Serikat pada periode yang sama.

Mengenal Streptococcal Toxic Shock Syndrome

Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) adalah infeksi bakteri yang sangat jarang namun berpotensi mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh toksin dari bakteri Streptococcus pyogenes, atau yang dikenal sebagai Group A Streptococcus (GAS). Meskipun GAS umumnya menyebabkan infeksi ringan seperti radang tenggorokan dan infeksi kulit, dalam kasus yang jarang terjadi, GAS dapat menyebabkan infeksi darah, paru-paru, dan infeksi “pemakan daging” yang sangat serius.

“Lebih jarang, GAS menyebabkan infeksi pada darah, paru-paru, serta infeksi ‘pemakan daging’. Sekitar 30 hingga 60% orang yang mengalami infeksi paling serius ini akan meninggal karenanya,” jelas Dr. Celine Gounder, kontributor medis CBS News dan ahli penyakit menular.

Gejala dan Dampak STSS
Gejala awal STSS termasuk demam, menggigil, nyeri otot, mual, muntah, serta nyeri dan pembengkakan pada lengan dan kaki. Dalam 24 hingga 48 jam, kondisi dapat memburuk dengan tekanan darah rendah, yang dapat menyebabkan gagal organ, detak jantung meningkat, dan pernapasan cepat.

“Bahkan dengan pengobatan, STSS bisa mematikan. Dari 10 orang dengan STSS, sebanyak 3 orang bisa meninggal karena infeksi,” kata Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.

CDC melaporkan 395 kasus STSS di Amerika Serikat hingga tahun 2024, sedikit meningkat dari 390 kasus pada waktu yang sama di tahun 2023.

Faktor Risiko dan Pencegahan

STSS dapat menyerang siapa saja, tetapi beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan terinfeksi, antara lain:

  1. Usia lanjut, terutama orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih.
  2. Infeksi atau cedera yang menyebabkan luka pada kulit.
  3. Kondisi kesehatan lainnya, termasuk diabetes dan gangguan penggunaan alkohol.

Untuk mencegah infeksi, vaksinasi terhadap cacar air dan influenza dapat membantu mengurangi risiko infeksi GAS yang parah. Selain itu, pemberian antibiotik kepada orang yang melakukan kontak dekat dengan penderita infeksi GAS parah juga dapat mencegah penularan.

Sejak akhir 2022, beberapa negara di Eropa seperti Inggris, Irlandia, Prancis, Belanda, dan Swedia juga melaporkan peningkatan infeksi GAS.

“Wabah seperti ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan pengendalian penyakit menular yang berkelanjutan, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi di seluruh dunia,” kata Dr. Gounder.

Kangster

Pengangguran dadakan yang lagi nyari kerja di Jepang. Mimpi jadi karyawan kantoran ala anime sambil ngejar deadline. Kalau lagi nggak sibuk ngoding, pasti lagi baca novel detektif sambil ngebayangin jadi Sherlock Holmes versi Indonesia. Oh iya, NewJeans Never Die!

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment