Tintanarasi.com, Internasional – Sindikat Ahli Kimia Lebanon (SCL) mengeluarkan peringatan pada Minggu (6/10/2024) terkait dugaan penggunaan bom yang mengandung uranium terdeplesi oleh pasukan Israel dalam serangan mereka di Lebanon.
Peringatan ini muncul setelah SCL menganalisis skala kerusakan dan kedalaman penetrasi pada bangunan serta tanah, yang mengindikasikan penggunaan senjata yang dilarang secara internasional.
SCL mengecam keras serangan brutal yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Lebanon, dengan menyebut aksi tersebut sebagai pembantaian.
Peringatan ini dikeluarkan untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai dampak berbahaya dari debu yang dihasilkan oleh bom-bom ini, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius jika terhirup.
“Tingkat kerusakan dan penetrasi yang mendalam pada bangunan dan tanah hingga puluhan meter menegaskan penggunaan bom dengan uranium terdeplesi, yang memiliki daya tembus luar biasa,” kata SCL, sebagaimana dilaporkan kantor berita Anadolu, Senin (7/10).
SCL menambahkan bahwa senjata tersebut, terutama ketika digunakan di daerah padat penduduk seperti Beirut, menimbulkan kerusakan besar dan menciptakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Mereka menyerukan agar masyarakat internasional segera menghentikan agresi Israel dan penggunaan senjata yang melanggar hukum internasional.
SCL juga mendesak pemerintah Lebanon untuk membawa kasus ini ke Dewan Keamanan PBB, menuntut pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran di wilayah Lebanon dan upaya pembunuhan massal terhadap warga sipil.
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Lebanon, setidaknya 1.400 warga Lebanon, termasuk petugas medis dan pejuang Hizbullah, tewas dalam serangan Israel selama lebih dari dua minggu terakhir, sementara 1,2 juta orang terusir dari rumah mereka.
Israel berdalih bahwa serangan ini bertujuan untuk mengusir Hizbullah dari perbatasan, sehingga puluhan ribu warga Israel yang melarikan diri dapat kembali ke rumah mereka.
Invasi darat ke Lebanon selatan dimulai pada 1 Oktober 2024.
Serangan terbaru Israel pada Minggu pagi di Qamatiyeh, tenggara Beirut, menewaskan enam orang, termasuk tiga anak-anak.
Hal ini dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Lebanon. Serangan ini bagian dari eskalasi kekerasan yang juga melibatkan peluncuran 130 proyektil dari Lebanon ke wilayah Israel.
Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa peningkatan intensitas konflik ini dapat memicu perang regional yang lebih luas, terutama dengan situasi di Jalur Gaza yang juga memanas.
Pekan lalu, Israel meluncurkan operasi darat terbatas ke Lebanon selatan setelah tewasnya Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan udara.
Pertempuran ini adalah yang terburuk sejak perang Israel-Hizbullah pada tahun 2006.
Sementara itu, seorang pejabat PBB yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa Israel sedang membangun pangkalan operasi di dekat pos penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan, yang dikenal sebagai UNIFIL.
Pangkalan tersebut menimbulkan risiko bagi pasukan penjaga perdamaian, namun Israel dilaporkan menolak permintaan UNIFIL untuk mengosongkan beberapa posisinya menjelang serangan darat.
Sumber: Liputan6, Kompas
Baca juga berita di Google News
Leave a Comment