Tintanarasi.com, AS – Gelombang unjuk rasa kembali mengguncang berbagai kota besar di Amerika Serikat pada Sabtu (19/04/2025), termasuk New York.
Aksi ini menjadi gelombang protes besar kedua yang menentang kebijakan mantan Presiden Donald Trump, terutama terkait isu imigrasi dan penghematan anggaran.
Di jantung kota New York, ribuan warga berkumpul di sekitar perpustakaan umum sambil mengibarkan spanduk bertuliskan “Tidak Ada Raja di Amerika” dan “Lawan Tirani”.
Massa meneriakkan yel-yel penolakan terhadap kebijakan deportasi yang diberlakukan di masa pemerintahan Trump, seperti “No ICE, no fear—immigrants are welcome here.”
Banyak dari peserta aksi adalah pendukung hak-hak imigran yang menyoroti agresivitas penangkapan dan deportasi oleh lembaga Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE).
Salah satu peserta, Kathly Valy, perempuan berusia 73 tahun yang merupakan keturunan penyintas Holocaust, menyuarakan kekhawatirannya.
“Kondisi sekarang mengingatkanku pada masa kelam sejarah. Bedanya, Trump jauh lebih ceroboh dan tidak punya arah yang jelas. Ia lebih mudah dimanipulasi dibanding pemimpin otoriter lain,” katanya.
Tak hanya di New York, protes juga berlangsung di Washington DC, tepat di depan gerbang Gedung Putih.
Meskipun jumlah massa lebih kecil dibanding aksi sebelumnya pada Jumat (05/04), para demonstran tetap menyuarakan penolakan mereka terhadap kebijakan yang dianggap represif.
Salah satu titik aksi yang mencolok terjadi di sebuah showroom Tesla.
Aksi ini menyoroti pemotongan anggaran oleh Elon Musk terhadap sejumlah lembaga pemerintah. Massa menyebutnya sebagai bagian dari tren pelemahan fungsi negara demi kepentingan korporat.
Gerakan ini dipelopori oleh kelompok bernama Group 50501, yang menyatakan telah menggelar 50 unjuk rasa di 50 negara bagian.
Mereka juga mengumumkan rencana untuk menggelar lebih dari 400 aksi lanjutan dalam waktu dekat.
Leave a Comment