Tintanarasi.com, Gaza – Di bagian utara Jalur Gaza, krisis kelaparan semakin parah dengan penduduk setempat hanya bisa bertahan hidup dengan roti. Sayur-sayuran, buah-buahan, dan daging kini menjadi barang langka dan sulit dijangkau.
Harga makanan di pasar melambung tinggi. Sebagai contoh, harga sekilo paprika hijau yang sebelumnya sekitar satu dolar AS (sekitar Rp16 ribu) kini melonjak menjadi 90 dolar AS (sekitar Rp1,4 juta). Harga sekilo bawang pun naik drastis hingga 70 dolar AS (sekitar Rp1,1 juta).
“Kami kelaparan, dunia telah melupakan kami. Kecuali tepung dan roti, kami tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan,” kata Um Mohammed, seorang ibu enam anak dari Kota Gaza, kepada Reuters.
Tuduhan Eksploitasi Situasi oleh Pedagang
Sejumlah pedagang dituduh memanfaatkan situasi krisis ini untuk meraup keuntungan. Pejabat Palestina dan pekerja bantuan internasional mengungkapkan bahwa militer Israel telah mencabut larangan penjualan makanan segar ke Gaza dari Israel dan Tepi Barat pada akhir Mei lalu. Namun, warga Gaza menuduh beberapa pedagang membeli barang dengan harga normal di Israel dan Tepi Barat, lalu menjualnya kembali dengan harga yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena runtuhnya sistem keamanan di Jalur Gaza yang dikelola oleh Hamas.
“Tidak ada daging atau sayur-sayuran dan jika ada, maka akan dijual dengan harga yang tidak masuk akal,” tambah Um Mohammed.
Desakan Komunitas Internasional
Aliran bantuan PBB di Gaza terhambat sejak dimulainya operasi militer Israel di Rafah pada awal Mei. Tekanan global terhadap Israel untuk mengatasi krisis ini pun semakin meningkat setelah lembaga-lembaga kemanusiaan memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah tersebut.
Israel membantah bahwa pihaknya membatasi pasokan kemanusiaan untuk warga sipil di Gaza, sebaliknya mereka menyalahkan PBB atas lambatnya pengiriman bantuan.
Pada Jumat (14/6/2024), Kamar Dagang Gaza mendesak komunitas internasional untuk memberikan tekanan pada Israel agar mengizinkan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan. Mereka juga menyoroti kekurangan bahan dasar hidup lainnya seperti bahan-bahan kebersihan, bahan bakar, dan listrik yang membuat rumah sakit serta fasilitas publik dan swasta tidak bisa berfungsi.
Korban Anak-Anak Akibat Kekurangan Gizi
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 27 anak telah meninggal akibat kekurangan gizi sejak dimulainya perang pada Oktober lalu. “Tragedi kemanusiaan melanda Gaza utara dan ancaman kelaparan menggelayut di udara,” kata kementerian tersebut.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu (12/8/2024) mengatakan bahwa sebagian besar penduduk Gaza menghadapi kekurangan makanan yang parah, dengan lebih dari delapan ribu balita didiagnosis dan dirawat karena malnutrisi akut. Dari jumlah tersebut, 1.600 di antaranya mengalami kasus yang lebih parah.
Sedikitnya 37.266 warga Palestina telah tewas dan 85.102 lainnya terluka akibat serangan darat dan udara Israel di Jalur Gaza. Krisis ini semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah tersebut, menuntut perhatian dan aksi segera dari komunitas internasional.
Sumber: idntimes
Leave a Comment