Tintanarasi.com, Internasional – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan militer untuk memperhebat serangan terhadap Hamas setelah kelompok tersebut menolak tawaran terbaru Israel mengenai penghentian sementara pertempuran.
Dalam tanggapannya, Hamas menuntut diakhirinya konflik secara menyeluruh serta penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Gaza, sebagai syarat pembebasan semua tawanan yang mereka tahan.
“Konflik ini memang membawa penderitaan besar, namun kami tidak memiliki opsi lain selain terus berjuang untuk kelangsungan hidup bangsa ini,” ujar Netanyahu dalam siaran langsung pada Sabtu (19/04/2025) malam.
Selama dua hari terakhir, operasi udara Israel di wilayah Gaza menyebabkan setidaknya 92 orang meninggal dunia, dengan lebih dari 219 lainnya mengalami luka-luka.
Serangan udara tersebut bahkan menghantam kamp pengungsi di Khan Younis, wilayah selatan Jalur Gaza, Sabtu (19/04/2025), menurut laporan Hatem Khaled dari Reuters.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa masih banyak warga sipil yang belum ditemukan di balik puing-puing bangunan. Banyak zona terdampak belum dapat dijangkau tim penyelamat karena kerusakan infrastruktur yang parah.
Dari total korban, terdapat sedikitnya 15 anak-anak yang menjadi korban saat berlindung di tenda-tenda pengungsian.
Di wilayah Rafah, empat orang tewas — termasuk seorang ibu dan anaknya — sebagaimana dilaporkan pihak Rumah Sakit Eropa setempat.
“Malam hari terasa sangat mencekam bagi warga Gaza,” lapor Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera. “Tidak ada tempat yang benar-benar aman — rumah, tenda, atau kamp pengungsi semuanya menjadi sasaran.”
Sejak (02/03/2025), Israel menghentikan aliran logistik penting seperti makanan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza — sebuah kebijakan yang bertentangan dengan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) yang mendesak pembukaan jalur bantuan.
Situasi ini menyebabkan krisis gizi yang memburuk, terutama di kalangan anak-anak.
“Banyak anak-anak di Gaza kini hanya makan sekali sehari, bahkan kadang tidak makan sama sekali,” ungkap Bushra Khalidi dari Oxfam. “Kasus kekurangan gizi dan kelaparan meningkat di berbagai wilayah.”
Upaya diplomatik Mesir untuk memulihkan kesepakatan gencatan senjata hingga kini belum membuahkan hasil. Tawaran Israel berupa jeda konflik selama 45 hari dengan syarat pembebasan 10 tawanan dan perlucutan senjata Hamas ditolak oleh kelompok tersebut.
“Permintaan agar Hamas menyerahkan senjata tidak bisa diterima,” tegas Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas, kepada Al Jazeera. “Itu bukan sekadar garis merah — tapi sejuta garis merah.”
Hamas mengklaim bersedia membebaskan semua sandera yang tersisa — sekitar 58 orang — jika Israel menyetujui penghentian permanen operasi militer dan menarik seluruh pasukannya dari Gaza.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa sejak awal konflik, korban jiwa telah mencapai 51.065 orang dengan jumlah korban luka mencapai 116.505.
“Kondisi mental warga memburuk. Wajah-wajah penuh kelelahan dan trauma terlihat di mana-mana,” tutur Abu Azzoum. “Mereka kehilangan harapan, tak tahu harus ke mana.”
Leave a Comment