Tintanarasi.com, Internasional – Kepala Hamas di Gaza, Khalil al-Haya, dalam sebuah pernyataan video pada Jumat (18/10/2024), menegaskan bahwa Hamas tidak akan membebaskan para sandera yang ditahan di Gaza sampai Israel menghentikan perang dan menarik pasukan militernya dari wilayah tersebut.
Al-Haya, yang saat ini berkantor di Qatar, juga menuntut pembebasan warga Palestina yang dipenjara.
“Para sandera tidak akan kembali kecuali agresi terhadap rakyat kami di Gaza dihentikan,” tegasnya dalam video tersebut.
Al-Haya juga menyampaikan rasa dukanya atas kematian Yahya Sinwar, pemimpin senior Hamas, yang telah dikonfirmasi terbunuh oleh Israel.
Sinwar, yang menjadi salah satu tokoh utama di balik serangan paling mematikan dalam sejarah Israel, dibunuh oleh pasukan Israel pada Kamis (17/10/2024).
Hamas memulai perang dengan Israel pada 7 Oktober 2023, setelah melancarkan serangan besar-besaran yang menewaskan 1.206 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil.
Selama serangan itu, kelompok tersebut menculik 251 orang, dengan 97 di antaranya masih ditahan hingga kini. Pejabat Israel melaporkan bahwa 34 sandera telah tewas.
Yahya Sinwar, yang menjadi pemimpin keseluruhan Hamas setelah kematian Ismail Haniyeh pada Juli 2024, adalah salah satu otak di balik serangan tersebut.
Namun, di Gaza, warga lokal meragukan bahwa kematiannya akan menghentikan perang.
Seorang warga Gaza, Jemaa Abou Mendi, menyatakan bahwa harapan awalnya adalah pembunuhan Sinwar akan mengakhiri konflik, tetapi realitas di lapangan menunjukkan hal yang berbeda.
“Perang belum berhenti, dan pembunuhan terus berlanjut,” ungkap Jemaa.
Sementara itu, pada Jumat, Israel melancarkan serangan udara di beberapa wilayah Gaza, termasuk di Jabalia.
Serangan ini menewaskan sedikitnya 14 orang. Tim penyelamat di Gaza menemukan jenazah tiga anak Palestina dari reruntuhan rumah mereka di wilayah utara yang dihantam pada dini hari.
Sumber: Kompas
Leave a Comment