Israel Langgar Gencatan Senjata, Gaza Kembali Digempur

ochaapp

No comments
Foto: Unsplash

Tintanarasi.com, Internasional – Krisis di Jalur Gaza kembali memanas setelah pasukan Israel melancarkan serangan udara besar-besaran pada Selasa malam (28/10/2025), hanya beberapa minggu setelah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat mulai berlaku.

Serangan ini memicu kecaman luas dan membuat Hamas menunda proses penyerahan jenazah seorang sandera Israel yang sebelumnya dijadwalkan berlangsung malam itu.

Serangan udara Israel menghantam sejumlah wilayah padat penduduk, termasuk sekitar Rumah Sakit Al-Shifa dan kawasan Al-Zaytoun di Kota Gaza, serta Khan Younis di selatan.

Sumber medis Palestina melaporkan sedikitnya sembilan orang tewas, termasuk lima warga sipil dalam satu kendaraan, dan puluhan lainnya terluka.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyebut bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata yang disepakati pada 10 Oktober.

“Eskalasi Israel ini menghambat operasi pencarian dan penggalian jenazah, serta menunda pemulangan jenazah para penjajah,” ungkap pernyataan resmi Al-Qassam.

Pemerintah Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian setelah kelompok tersebut menyerahkan sebagian jenazah sandera yang disebut tidak sesuai dengan identitas korban.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer melancarkan “serangan langsung dan dahsyat” di Gaza, mengklaim Hamas melakukan rekayasa dengan berpura-pura menemukan jenazah yang sebelumnya telah dikembalikan dua tahun lalu.

Militer Israel mengklaim bahwa rekaman udara menunjukkan pejuang Hamas menggali lubang dan mengubur kembali sebagian jenazah warga Israel bernama Ofir Tzarfati, lalu menyerahkannya ke Palang Merah untuk menciptakan “kesan kepatuhan terhadap perjanjian”.

Namun, Palang Merah membantah tuduhan tersebut dan menegaskan pihaknya bertindak berdasarkan itikad baik setelah menerima permintaan resmi dari Hamas.

Juru bicara Hamas Hazem Qassem menolak keras tuduhan itu dan menilai Israel hanya mencari dalih untuk melanjutkan agresinya.

“Israel mengarang alasan palsu sebagai pembenaran atas kejahatan barunya terhadap rakyat Palestina,” tegas Qassem.

Menurut analisis militer Brigjen Hassan Johnny yang dikutip Aljazeera, tujuan serangan Israel bukan semata-mata pembalasan, melainkan upaya menciptakan “realitas operasional baru” di Gaza, sebuah situasi abu-abu antara perang terbuka dan gencatan senjata.

Johnny menjelaskan bahwa Israel menggunakan periode gencatan senjata untuk memperbarui “bank target”, mengumpulkan intelijen, dan mencari legitimasi untuk kembali menyerang.

“Israel memanfaatkan setiap insiden kecil untuk melanjutkan operasi militer terbatas, termasuk serangan pesawat tak berawak dan pembunuhan terarah,” ujarnya.

Serangan terbaru ini memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza, di mana lebih dari 68.000 warga Palestina telah tewas sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober 2023.

Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, sementara lebih dari 170.000 lainnya mengalami luka-luka.

Sementara itu, Amerika Serikat melalui Wakil Presiden JD Vance menyebut bahwa perjanjian gencatan senjata “secara teknis masih berlaku”, meski mengakui adanya “pertempuran kecil” di lapangan.

Namun bagi warga Gaza, “pertempuran kecil” itu berarti kematian yang terus berulang di tengah reruntuhan dan penderitaan yang tiada henti.

Sejumlah negara Arab dan organisasi kemanusiaan internasional mengutuk keras serangan terbaru Israel dan menyerukan agar semua pihak mematuhi gencatan senjata.

Hamas menyatakan pihaknya tetap berkomitmen terhadap kesepakatan tersebut dan menegaskan perjuangannya adalah untuk membebaskan Palestina dari penjajahan.

“Selama tanah kami masih diduduki, selama rakyat kami masih dibunuh, perlawanan akan terus berlanjut,” demikian pernyataan resmi Hamas.

Share:

Related Post

Leave a Comment