Tintanarasi.com, Nasional- Israel tengah menghadapi krisis besar akibat kebakaran hutan yang menyebar luas di berbagai wilayah sejak Rabu (30/04/2025), termasuk kawasan perbukitan Yerusalem dan daerah antara kota itu dengan Tel Aviv.
Kobaran api menyebabkan lebih dari sepuluh kota dan komunitas dievakuasi, menutup jalur utama, dan memicu ketegangan politik yang semakin dalam.
Kementerian Luar Negeri Israel telah mengajukan permintaan bantuan internasional, dan negara-negara seperti Italia, Yunani, Prancis, dan Kroasia segera merespons dengan mengirimkan pesawat pemadam kebakaran.
Sekitar 163 unit pemadam, termasuk belasan pesawat dan kendaraan segala medan, dikerahkan untuk mengatasi salah satu kebakaran terbesar dalam sejarah negeri itu.
Hingga Kamis (01/05/2025), api telah melahap sekitar 4.942 hektare lahan dan menyebabkan puluhan warga mengalami gangguan pernapasan akibat asap. Salah satu wilayah yang terdampak parah adalah Taman Kanada dan Hutan Eshtaol, yang hampir seluruhnya terbakar.
Namun, bencana alam ini tak hanya membawa kerusakan lingkungan—ia juga memperuncing ketegangan politik dalam negeri.
Putra Perdana Menteri, Yair Netanyahu, menyatakan di media sosial bahwa aktivis kiri mungkin sengaja menyalakan api untuk menggagalkan perayaan Hari Kemerdekaan Israel, yang bagi warga Palestina juga menjadi momen peringatan Nakba.
Sebaliknya, pihak pemadam kebakaran membantah klaim tersebut. Menurut laporan awal, kebakaran kemungkinan besar terjadi karena kelalaian pendaki, yang jumlahnya meningkat drastis di lokasi awal munculnya api, yakni kawasan Mesilat Zion.
Penyelidikan sementara dari Dinas Pemadam dan Shin Bet masih berjalan, namun belum ditemukan bukti kuat yang menunjukkan adanya unsur kesengajaan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sendiri sebelumnya mengklaim bahwa pihak berwenang telah menangkap 18 orang terkait kebakaran, bahkan menyebut satu di antaranya tertangkap tangan.
Tetapi Channel 12 dan media lainnya melaporkan bahwa hanya tiga orang yang benar-benar ditahan, dan belum ada bukti pembakaran disengaja.
Tudingan juga diarahkan kepada warga Palestina. Netanyahu dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyatakan bahwa beberapa warga Yerusalem Timur diduga terlibat dalam perluasan kebakaran.
Bahkan, Ben-Gvir sempat memerintahkan pengerahan lebih dari 14.000 personel keamanan di seluruh negeri.
Sementara itu, mantan pejabat keamanan Tomer Lotan mengkritik Ben-Gvir karena menolak rencana pembelian helikopter Black Hawk pada 2022 yang bisa mempercepat respons terhadap bencana seperti ini.
Ia menyebut keputusan tersebut sebagai cerminan kelalaian yang kini berdampak besar terhadap penanganan kebakaran.
Presiden Israel Isaac Herzog menambahkan bahwa kebakaran ini harus dilihat dalam konteks lebih luas sebagai bagian dari krisis iklim global.
Meski demikian, ajakan Otoritas Palestina untuk membantu memadamkan api diabaikan oleh pemerintah Israel.
Ketegangan antara kelompok politik, tuduhan terhadap warga Palestina, dan respons lamban pemerintah memperlihatkan betapa kompleksnya krisis kebakaran kali ini—tidak hanya sekadar bencana alam, tapi juga perwujudan dari retaknya kepercayaan publik, meningkatnya polarisasi, dan ketidaksiapan struktural dalam menghadapi keadaan darurat.
Leave a Comment