Menkomdigi Apresiasi Jurnalis Perempuan, Harap FJPI Perkuat Peran di Era Digital

Kangster

No comments

Tintanrasi.com, Ragam – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) RI, Meutya Hafid, menegaskan peran krusial jurnalis perempuan dalam menjaga kebebasan pers dan demokrasi di Indonesia.

Dalam pembukaan Kongres Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) 2025, ia mengungkapkan kebanggaannya terhadap para jurnalis perempuan yang terus memanfaatkan perkembangan teknologi digital untuk memperkuat solidaritas di dunia jurnalistik.

Meski demikian, Meutya tidak menutup mata terhadap tantangan besar yang dihadapi industri media saat ini, terutama dalam menangkal misinformasi dan disinformasi.

Ia berharap jurnalis perempuan dapat berperan lebih aktif dalam membantu masyarakat memilah informasi yang benar di tengah maraknya hoaks.

“Saya berharap FJPI dapat terus menjadi mitra pemerintah dalam menyaring berita-berita yang beredar di masyarakat. Dukungan dari komunitas jurnalis sangat penting untuk memastikan publik mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Meutya juga mengapresiasi kontribusi FJPI dalam menyusun pedoman pemberitaan yang lebih ramah terhadap anak dan perempuan.

Bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) serta Dewan Pers, langkah ini dianggap sebagai inisiatif penting dalam menciptakan ekosistem media yang lebih etis dan bertanggung jawab.

Menurutnya, isu-isu terkait perempuan dan anak masih sering terpinggirkan dalam pemberitaan, sehingga peran jurnalis perempuan menjadi semakin penting dalam menyuarakan hak-hak mereka.

“Jurnalis perempuan memiliki perspektif unik yang dapat memperkuat pemberitaan seputar isu-isu sosial yang selama ini kurang mendapat sorotan. Dengan adanya pedoman yang lebih jelas, kita bisa memastikan media lebih bertanggung jawab dalam menyajikan informasi yang melindungi hak anak dan perempuan,” tambahnya.

Meutya juga menyoroti meningkatnya kasus perundungan, kekerasan seksual, dan paparan pornografi terhadap anak di era digital.

Ia menyebut Indonesia saat ini menempati posisi keempat dalam kasus pornografi anak di dunia, sebuah peringatan serius bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam melindungi generasi muda dari dampak negatif internet.

Dalam sesi lain, Meutya membahas perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap dunia jurnalistik.

Ia baru saja menghadiri AI Action Summit di Prancis, di mana Indonesia berupaya menjadi pemimpin dalam penerapan teknologi AI di negara berkembang.

Menkomdigi menekankan bahwa AI tidak boleh menjadi alat dominasi negara-negara besar, tetapi harus menjadi teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk jurnalis perempuan.

“AI akan merevolusi berbagai sektor, termasuk dunia jurnalistik. Oleh karena itu, penting bagi FJPI untuk terus mengembangkan literasi digital agar jurnalis perempuan dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi yang begitu cepat,” kata Meutya.

Menurutnya, Indonesia saat ini tengah merumuskan etika dalam penggunaan AI, termasuk dalam praktik jurnalistik.

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab dan tidak mengancam integritas profesi jurnalis.

Dengan tema “Berdaya di Era AI” yang diusung dalam kongres ini, Meutya berharap FJPI dapat terus menjadi garda terdepan dalam menghadapi tantangan digital sekaligus memperkuat peran jurnalis perempuan di Indonesia.

Kangster

Pengangguran dadakan yang lagi nyari kerja di Jepang. Mimpi jadi karyawan kantoran ala anime sambil ngejar deadline. Kalau lagi nggak sibuk ngoding, pasti lagi baca novel detektif sambil ngebayangin jadi Sherlock Holmes versi Indonesia. Oh iya, NewJeans Never Die!

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment