Netanyahu Kukuh Ingin Kuasai Gaza, Tolak Usulan Perdamaian dari Hamas

Kangster

No comments
Sejumlah warga berkumpul di dekat bangunan masjid dan gedung-gedung permukiman di jalur Gaza yang hancur setelah serangan pasukan Israel selama 19 bulan di Palestina. ANTARA/Anadolu/py

Tintanarasi.com, Internasional – Pemerintah Israel kembali menegaskan ambisinya untuk mengambil alih kendali penuh atas Jalur Gaza dan menolak semua tawaran untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung berbulan-bulan.

Dalam konferensi pers di Yerusalem Barat pada Rabu (21/05/2025), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan bahwa masih ada sekitar 20 warga Israel yang diyakini masih hidup sebagai sandera di Gaza, sementara sekitar 38 lainnya telah dipastikan meninggal dunia.

Di sisi lain, lebih dari 10 ribu warga Palestina masih mendekam di balik jeruji penjara Israel.

Organisasi HAM lokal dan internasional menyoroti buruknya kondisi mereka, termasuk penyiksaan, kekurangan makanan, hingga minimnya akses medis.

Netanyahu menyatakan bahwa Israel hanya bersedia menghentikan serangan secara sementara jika ada peluang untuk memulangkan para sandera.

“Jika jeda sesaat bisa membantu mengembalikan lebih banyak sandera, kami bersedia mempertimbangkannya,” ujarnya.

Sementara itu, kelompok Hamas yang menguasai Gaza mengaku siap untuk membebaskan seluruh sandera Israel asalkan Israel setuju menghentikan agresi militer, menarik pasukannya, dan membebaskan para tahanan Palestina.

Namun, Netanyahu menolak tegas tawaran tersebut dan menuntut pelucutan senjata total Hamas serta penguasaan ulang penuh atas Gaza.

Kritik terhadap Netanyahu semakin keras datang dari dalam negeri. Tokoh oposisi dan keluarga para sandera menuduhnya memanjangkan konflik demi kepentingan politik pribadi serta untuk menyenangkan faksi sayap kanan dalam koalisinya.

Dalam kesempatan yang sama, Netanyahu mengumumkan skema bantuan kemanusiaan terbaru hasil kerja sama dengan Amerika Serikat.

Rencana tersebut terdiri dari tiga tahap: distribusi makanan pokok untuk anak-anak, pembentukan pos distribusi yang dikelola perusahaan AS dan dijaga militer Israel, serta penciptaan zona aman untuk warga sipil.

Ia juga menegaskan tiga syarat utama Israel untuk mengakhiri serangan: pembebasan semua sandera, penghapusan total kepemimpinan Hamas, dan pelucutan senjata kelompok tersebut.

Setelah semua target itu tercapai, Israel disebut akan mulai menerapkan skema “Trump Plan” yang mengarah pada relokasi warga Palestina dari Gaza.

Pemimpin oposisi Yair Lapid mengkritik tajam pidato Netanyahu. Melalui akun X, ia menuding Netanyahu ingin menjajah Gaza selama bertahun-tahun, dan menyebut klaim koordinasi penuh dengan AS sebagai kebohongan.

Yair Golan dari partai Demokrat Israel turut memberikan komentar tajam, menyebut Netanyahu sebagai pemimpin yang tertekan, penuh tipu daya, dan enggan bertanggung jawab.

Forum keluarga para sandera juga mengeluarkan pernyataan keras, menyebut bahwa Israel tengah kehilangan peluang terbesar untuk mengakhiri perang secara bermartabat.

“Sudah lebih dari 19 bulan, dan kami belum melihat tanda-tanda menuju akhir konflik,” tulis mereka.

Pernyataan Netanyahu ini datang di tengah meningkatnya sorotan global atas agresi Israel di Gaza sejak Oktober 2023, yang telah menewaskan hampir 53.700 warga Palestina — sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Di waktu yang sama, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

Kangster

Pengangguran dadakan yang lagi nyari kerja di Jepang. Mimpi jadi karyawan kantoran ala anime sambil ngejar deadline. Kalau lagi nggak sibuk ngoding, pasti lagi baca novel detektif sambil ngebayangin jadi Sherlock Holmes versi Indonesia. Oh iya, NewJeans Never Die!

Share:

Related Post

Leave a Comment