Ramadhan Dunia: Tradisi Ramadan di Mesir, Dari Iftar Massal hingga Fanous

Kangster

No comments

Tintanarasi.com, Religi – Bulan Ramadan di Mesir selalu disambut dengan antusiasme dan semarak tradisi yang kaya akan nilai budaya dan spiritual.

Negeri Piramida ini memiliki berbagai kebiasaan unik yang telah diwariskan secara turun-temurun, menjadikan Ramadan sebagai momen istimewa yang dinanti-nantikan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Iftar Massal: Kebersamaan dalam Berbuka Puasa

Salah satu tradisi yang menonjol selama Ramadan di Mesir adalah penyelenggaraan iftar massal.

Menjelang waktu berbuka, berbagai organisasi, komunitas, dan individu berlomba-lomba menyediakan makanan gratis bagi siapa saja yang membutuhkan.

Meja-meja panjang didirikan di sepanjang jalan, masjid, dan tempat umum lainnya, dipenuhi dengan aneka hidangan khas Mesir.

Tradisi ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga mencerminkan semangat solidaritas dan kepedulian sosial yang tinggi.

Fanous: Lentera Warna-warni Penghias Malam Ramadan

Fanous, atau lentera Ramadan, merupakan simbol khas yang menghiasi malam-malam di Mesir selama bulan suci.

Lentera ini terbuat dari logam dan kaca berwarna, hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Sejarah fanous diyakini bermula pada era Dinasti Fatimiyah, ketika masyarakat menggunakan lentera untuk menyambut kedatangan Khalifah Muiz Lidinillah pada malam pertama Ramadan.

Kini, fanous tidak hanya berfungsi sebagai penerang, tetapi juga sebagai elemen dekoratif yang menambah semarak suasana Ramadan di rumah, jalan, dan masjid.

Kerlap-kerlip cahaya fanous menciptakan atmosfer hangat dan penuh kebahagiaan, melambangkan harapan dan kegembiraan menyambut bulan penuh berkah.

Musaharati: Penjaga Tradisi Sahur dengan Tabuhan Drum

Menjelang waktu sahur, suasana malam di Mesir dihidupkan oleh kehadiran musaharati, yaitu individu yang berkeliling permukiman sambil menabuh drum kecil untuk membangunkan warga agar bersiap-siap makan sahur.

Tradisi ini telah ada sejak era Turki Utsmaniyah dan terus dilestarikan hingga kini.

Musaharati seringkali menyertakan nyanyian atau seruan khas dalam aksinya, menambah keunikan dan kekhasan suasana sahur di Mesir.

Midfa al-Iftar: Dentuman Meriam Penanda Berbuka Puasa

Tradisi lain yang tak kalah menarik adalah penembakan meriam sebagai penanda waktu berbuka puasa, dikenal dengan sebutan midfa al-iftar.

Praktik ini dimulai lebih dari 200 tahun lalu pada masa pemerintahan Ottoman Khosh Qadam.

Kala itu, sebuah meriam ditembakkan secara tidak sengaja saat matahari terbenam, dan suaranya bergema di seluruh Kairo.

Sejak saat itu, tradisi ini diadopsi sebagai penanda resmi waktu iftar dan menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah.

Hingga kini, dentuman meriam masih dapat didengar di beberapa wilayah Mesir, menambah kekhasan suasana Ramadan di negeri tersebut.

Kemeriahan Ramadan di Tengah Modernitas

Meski zaman terus berkembang, masyarakat Mesir tetap menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi Ramadan yang telah menjadi identitas budaya mereka.

Perpaduan antara ritual keagamaan dan kebiasaan lokal menciptakan nuansa Ramadan yang unik dan berkesan.

Dari iftar massal yang penuh kebersamaan, kerlap-kerlip fanous yang menghiasi malam, hingga dentuman meriam penanda berbuka, semua elemen ini menjadikan Ramadan di Mesir sebagai pengalaman spiritual dan kultural yang tak terlupakan.

Kangster

Pengangguran dadakan yang lagi nyari kerja di Jepang. Mimpi jadi karyawan kantoran ala anime sambil ngejar deadline. Kalau lagi nggak sibuk ngoding, pasti lagi baca novel detektif sambil ngebayangin jadi Sherlock Holmes versi Indonesia. Oh iya, NewJeans Never Die!

Share:

Related Post

Leave a Comment